Posts

Kecepatan Internet Indonesia Melesat Langkahi Jepang

Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta beberapa waktu lalu sudah meluncurkan internet berkecepatan super tinggi untuk memenuhi kebutuhan para calon penumpang dan pengguna jasa Terminal 3. Tak tanggung-tanggung, pengelola Bandara Soekarno Hatta dari Angkasa Pura II menetapkan standar bandwidth speed hingga 50 Mbps. Ini mungkin akan jadi satu yang tercepat di dunia.

Tak hanya di Terminal 3, PT Telekomunikasi Indonesia Persero (Tbk) juga sudah memperluas jaringan internet 4G hingga ke ujung timur Indonesia. Upaya-upaya ini nyatanya menempatkan Indonesia di posisi ke-7 dunia untuk kategori kecepatan puncak internet rata-rata alias Average Peak Connection Speed (IPv4) versi Akamai.

Angka puncak yang didapat Indonesia mencapai 91,9 Mbps. Kecepatan ini memang turun 17% dibandingkan pada laporan yang sama yang dirilis pada Q1 lalu, ketika itu kecepatan puncak internet rata-rata Indonesia tercatat di angka 110,2 Mbps dan berada di posisi ke-3.

f

Data kecepatan rata-rata internet dunia

Pun demikian, hasil di Q2 ini masih tetap melambungkan pertumbuhan Average Peak Connection Speed (IPv4) Indonesia hingga 355% secara year on year (yoy). Termasuk berada di daftar 10 besar, di atas Taiwan Jepang serta Rumania.

Untuk kategori Average Peak Connection Speed (IPv4), posisi pertama masih dipegang SIngapura dengan angka 157,3 Mbps atau tumbuh 7,1% dibandingkan kuartal sebelumnya. Di posisi teratas lainnya diisi oleh Hong Kong, Korea Selatan, Bahrain, Qatar serta Makau.

Sementara untuk kategori Average Connection Speed (IPv4), Indonesia cuma berada di angka 79 dengan kecepatan rata-rata 5,9 Mbps. Raihan ini naik 29% dibandingkan Q1 atau melonjak 148% dibandingkan tahun sebelumnya.

r

Data kecepatan internet rata-rata dunia

“Kecepatan koneksi Internet rata-rata yang terus naik adalah sebuah tren yang melegakan, seiring dengan langkah para peritel daring ( online ) yang bersiap menghadapi kesibukan musim belanja selama liburan,” kata David Belson, Redaktur State of the Internet Report.

“Meski demikian, gangguan pada jaringan Internet yang baru-baru ini terjadi, disebabkan oleh banyak hal mulai dari pemadaman jaringan oleh pemerintah, sampai jaringan mati gara-gara individu yang tak diketahui identitasnya. Hal ini mengingatkan kita bahwa ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi akses dan penggunaan Internet, yang sering diterima begitu saja tanpa dipertanyakan lagi,” lanjutnya.

Ternyata Kepala Chef Hotel Tertua di Inggris, Orang Indonesia

Menjadi koki yang sukses di luar negeri merupakan suatu hal yang luar biasa. Apalagi menyandang predikat sebagai koki kepala di sebuah hotel ternama kelas dunia yang juga merupakan hotel tertua di negara tersebut. Hal ini tentu merupakan sebuah pencapaian yang sangat tinggi dalam karier seorang chef asal Indonesia yang kini menjadi salah satu  top chef yang ada di Inggris.  Namanya Budiono Sukim, lelaki kelahiran Pemalang 43 tahun yang lalu.

Sejak kecil, Budiono sudah terlatih sebagai anak yang mandiri. Ketika bersekolah di SD Negeri 3 Sewaka Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah ia berjualan Es Bon – Bon secara berkeliling. Hal itu ia lakukan untuk mendapatkan uang jajan. Kemudian selepas SMP, ia disuruh ayahnya untuk merantau ke Jakarta. Di Jakarta, ia bersekolah di sebuah SMEA dan masih saja melakukan kegiatan berjualan disambi disambi dengan menjadi guru les bagi 3orang anak SD tetangga kontrakannya.

Sebelum menjadi Chef, Budiono menjadi tukang cucui piring di Restaurant Samudra di bilangan Sudirman. Dari sinilah kariernya dimulai. Secara perlahan ia belajar memasak dan akhirnya pada tahun 2000 ia direkrut ke Four Seasons Hotel Jakarta sebagai Banqueting Sous Chef. Empat tahun kemudian ia dipindahkan ke Four Seasons Hotel London. Di sana ia bekerja selama dua tahun lalu pindah ke Four Seasons Hotel di Hampshire.

Pada tahun 2008, Budiono pindah ke The Savoy London, salah satu hotel paling bagus di dunia sekaligus hotel tertua di Inggris. Perjalanan kariernya yang terbilang sangat mulus itu akhirnya mengantarkan Budiono sebagai kepala chef di dapur The Savoy yang merupakan hotel terbaik dan kebanggaan masyarakat Inggris ini. sebagai kepala Chef, Budiono juga menjadi Banquet Chef yang bertugas untuk memberikan jamuan makan untuk para selebriti terkemukan, kalangan kerajaan dan kalangan elit pemerintah.

Budiono juga sering bekerja sama dengan chef – chef ternama dunia seperti Gordon Ramsay, James Martin, Tom Aikens dan sebagainya. Tidak hanya itu, prestasi dan penghargaan The AA Award dengan kategori sangat bagus yang diterima Budiono membuat namanya melejit sebagai top chef di Inggris dan menjadi juri kehormatan di beberapa kompetisi memasak.  Ia sering diundang ke berbagai  jaringan four seasons hotel di seluruh dunia dan pada 2015 yang lalu, ketika bekerja di dapur Four Seasons Hotel Dubai ia mendapat penghargaan sebagai The Best Catering of The Year in Four Seasons Around The World atau catering terbaik dari Hotel Four Seasons di seluruh dunia.

Saat ini, Budiono menetap di Inggris dan menjadi chef di London Marriot County Hall. Namun, ia tidak pernah lupa akan jati dirinya sebagai orang Indonesia. Bersama rekan – rekannya sesama chef asal Indonesia di berbagai hotel terkemuka di London, Budiono mendirikan Indonesian Chef Association in United Kingdom (INCA – UK) yang merupakan perhimpunan chef Indonesia di Inggris. Tujuan mereka adalah untuk mempromosikan kuliner Indonesia di Kerajaan Inggris.

Batu Meteor dari Indonesia

Pernah dengar batu Satam? Warga Belitung menyebut batu ini “batu meteor”. Konon tujuh ratus ribu tahun lalu meteor pernah jatuh ke bumi. Salah satu pecahannya jatuh di Kelapa Kampit, Belitung.

Menurut para ahli, batu Satam merupakan jenis batu tektit. Batu tektit terbentuk dari tubrukan meteor dengan bumi. Saat meteor jatuh ke bumi, panasnya melelehkan batuan di bumi. Batuan tersebut lama-lama membeku dan terbentuk seperti kaca.

Kata Satam sebenarnya berasal dari bahasa Cina. “Sa” artinya “pasir” dan “tam” artinya empedu. Batu ini juga disebut billitonite, artinya batu dari Belitung.

Ya, sesuai namanya batu Satam adalah batu yang menjadi ciri khas Belitung. Karakternya kasar pada bagian permukaan tapi sangat halus di bagian dalam. Warnanya didominasi oleh hitam.

Batu Satam hanya bisa ditemukan di daerah-daerah yang bersinggungan dengan meteor, seperti Belitung dan Australia. Jadi jangan heran jika bebatuan di Belitung sangat indah.

Ternyata Indonesia Miliki Varian Mi Terbanyak di Dunia

Mi merupakan salah satu makanan tradisional tertua di dunia. Produk olahan tepung ini dipercaya telah menjadi makanan milyaran orang di dunia sejak pertama kali ditemukan di Tiongkok. Indonesia pun tidak ketinggalan, mi telah menjadi makanan sehari-hari bagi sebagian orang di negeri ini. Bahkan untuk mi instan, Indonesia telah dikenal sebagai produsen produk mi tingkat dunia. Lebih istimewanya lagi, ternyat Indoensia memiliki varian mi terbanyak di dunia.

Seperti dilansir CNN Indonesia yang berbincang dengan Chef Edwin Lauw, terungkap bahwa ternyata di Nusantara terdapat berbagai macam jenis masakan mi.

“Mi Nusantara itu spesial, kreasi mi di Indonesia paling beragam dari bangsa non-China lainnya,” Chef Edwin Lau.

Edwin mengungkapkan bahwa nilai spesial dari mi di Indonesia adalah rasa.

“Yang membuat mi Nusantara spesial adalah cita rasanya yang berani dan kuat, serta harganya yang mayoritas lebih murah ketimbang mi negara lain. Ini juga yang mendorong pertumbuhan industri mi di Indonesia sangat pesat,” ujarnya.

Chef muda kelahiran Palembang tersebut juga menyebutkan, dari seluruh negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, bahkan hingga ke Jepang dan Korea, variasi mi Indonesia jauh lebih banyak. Menurutnya hal tersebut terjadi karena adanya keragaman budaya di masyarakat Tanah Air.

“Negara kita memiliki budaya yang sangat beragam, sehingga setiap kebudayaan memiliki kreasi mi mereka sendiri-sendiri,” jelas Edwin.

Dirinya mengaku karena beragamnya jenis varian mi, Edwin kemudian kesulitan untuk menyimpulkan ada berapa mi di Indonesia. Namun menurutnya, mi Nusantara dapat diklasifikasikan sesuai daerahnya masing-masing seperti mi Jawa, mi Bangka, mi celor Palembang, mi kocok Bandung, mi seafood Aceh, dan lainnya. Selain itu, penggolongan juga dapat dilakukan berdasarkan cara masak atau penyajiannya.

“Ada yang berkuah, ada yang kuah pisah, ada yang kering, ada yang digoreng, ada yang dimasak pakai arang, ada yang pakai bakso atau pangsit, ada yang bening atau bersantan, ada juga yang masih baru saja muncul seperti mi bakar, mi campur arang, dan mi dari pasta seafood,” ungkapnya.

Mi dalam beberapa budaya di Indonesia juga telah menjadi bagian dari tradisi. Seperti anggapan yang menyebutkan bahwa mi yang disajikan menyimbolkan panjangnya umur, kesuksesan dan persembahan pada leluhur. Kepercayaan ini merupakan warisan tanah Tiongkok yang tetap lestari di Indonesia.

Tradisi seperti itu yang kemudian membuat mi dapat menjadi makanan “wajib” dalam momen-momen penting. Seperti resepsi pernikahan, syukuran, maupun Imlek atau peringatan Tahun Baru Imlek.

Siapa sangka ya, ternyata Indonesia memiliki varian mi terbanyak di dunia. Chef saja kesulitan untuk mengetahui seluruh variannya. Bagaimana dengan kawan GNFI? Mi apa yang selama ini telah menjadi favorit?

 

Inilah Perangko-perangko Penanda Jaman Indonesia

PERANGKO, merupakan benda berharga di samping fungsi utamanya sebagai tanda pelunasan porto dan biaya pos. Selain itu, menjadi wahana untuk menyampaikan pesan tentang berbagai kepentingan masyarakat, termasuk carik kenangan benda pos bercetakan perangko. 

Sebelum perangko tercipta, pelunasan biaya pengiriman surat dilakukan dengan membayar sejumlah uang tunai. Pembayaran secara tunai ini ada yang harus dibayar terlebih dahulu oleh si pengirim surat tapi ada pula yang harus dibayar oleh si alamat. Perangko pertama diterbitkan di Inggris pada tanggal 6 Mei 1840 yakni Penny Black, setelah itu berkembang ke beberapa negara termasuk Indonesia. Mengingat banyaknya lalu lintas surat antara Negeri Belanda dengan negara jajahannya yang utama saat itu, yaitu Ned Indie (sekarang Indonesia), akhirnya diterbitkan perangko pertama Ned Indie pada tahun 1864 bergambar Raja Belanda waktu itu Willem III nilai 10 cent yang juga masih tanpa perforasi.

e

Perangko Pertama di Indonesia

Perangko inilah yang menjadi perangko pertama di bumi Indonesia. Saat ini perangko Ned Indie pertama ini, cukup langka dan dicari oleh kolektor perangko (filatelis) untuk melengkapi koleksinya. Nilainya semakin hari semakin tinggi dan umum disebut dengan kode nama N-1 di kalangan Filatelis. Apalagi yang kondisinya masih mint-unused, yang di katalog harganya berlipat kali dari yang sudah dipakai (ada cap/ cancelation-nya), harganya bisa mencapai Rp2 miliar.

Di Indonesia perangko berkembang melalui beberapa periode yaitu:

1. Masa penjajahan Belanda Pada masa tersebut di Indonesia telah dipergunakan perangko “Raja Willem III” yaitu pada tahun 1864. Perangko pada zaman Hindia Belanda ini berwarna merah anggur dan memuat gambar Raja Willem III dari Belanda dalam bingkai berbentuk persegi.

t

Pada bagian atas perangko terdapat tulisan “10 cent” dan bagian bawahnya memuat tulisan “Postzegel”. Sementara di bagian sebelah kiri memuat tulisan “Nederl” dan pada bagian kanan memuat tulisan” Indie”.

Perangko Hindia Belanda pertama ini tidak berperforasi (tanpa gigi), dicetak di negeri Belanda (Utrecht) sebanyak 2.000.000 perangko. Gambar perangkonya dirancang oleh T.W Kaisar dari Amsterdam.

2.Masa Pendudukan Jepang

Sesudah pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada bala tentara Jepang tanggal 8 Maret 1942, Pemerintah Sipil dilakukan di bawah Pimpinan Angkatan Perang Jepang. Pada awal Pendudukan Jepang persediaan perangko zaman Belanda masih banyak. Karena perangko baru belum sempat dicetak, perangko-perangko lama tetap dipergunakan dengan membubuhkan cetak tindih yang mempergunakan huruf Jepang.\

hh

Gambar-gambar cap tersebut ada yang berupa “Binatang” seperti di daerah Aceh, ada yang berbentuk “Palang” seperti di Sumatera Utara dan ada yang berwujud “Jangkar” seperti di daerah Indonesia Timur. Cetak tindih tersebut memuat kata “Dai Nippos Yubin Kyoku”.

Setelah melalui masa cetak tindih, maka pada tahun 1943 diterbitkan perangko-perangko Jepang yang bergambarkan bola dunia dengan peta kerajaan Jepang, kerbau yang sedang membajak, pantai laut dan lain-lain. 0812 3986 124

  1. Masa perang kemerdekaan

Bangsa Indonesia tidak melewatkan peluang emas pada hari hari terakhir perang dunia kedua, ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dengan memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Tetapi pengambilalihan kekuasaan tidak berjalan dengan mulus, karena bala tentara Jepang tidak mau menyerahkan kekuasaan dan persenjataan mereka kepada pihak Indonesia.

h

Demikian pula dengan pelayanan pos, selama lebih dari sebulan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI masih ditangani olah Dinas Pos Jepang. Baru tanggal 29 September 1945, tentara Belanda dengan membonceng tentara Sekutu yang bertugas melucuti persenjataan Jepang mendarat di Batavia.

Terjadilah perang fisik yang paling berdarah dalam sejarah bangsa Indonesia karena menelan korban lebih dari 1 juta jiwa. Perang berlangsung sejak Oktober 1945 s.d akhir 1949. Dari sudut filateli masa tersebut sangat menarik karena ada 3 pelayanan pos yang diselenggarakan oleh dua negara yang bermusuhan di atas wilayah yang sama. Di kota-kota besar yang berhasil direbut Belanda berlangsung pelayanan pos dengan menggunakan perangko Ned-Indie.

Di lain pihak daerah yang masih dikuasai oleh RI pelayanan pos diselenggarakan oleh Djawatan PTT dengan menggunakan perangko Indonesia. Perangko pertama yang dicetak oleh Pemerintaha Republik Indonesia yaitu “Memperingati Setengah Tahun Merdeka”. Dalam memperingati 1 tahun merdeka, Pemerintah Indonesia menerbitkan perangko seri “Revolusi Tanpa Perekat” yang pada waktu dicetak di Jakarta.

  1. Masa Demokrasi Liberal

Pada awal tahun 1950 setelah berakhirnya masa Perang Kemerdekaan, PTT Indonesia memulai lembaran baru dalam sejarahnya. Sebagai akibat taktik bumi hangus gerakan-gerakan gerilya pejuang, berpuluh-puluh Kantor Pos, Kantor Telegrap dan Kantor Telepon hancur. Hal ini merupakan tantangan bagi PTT karena dengan kejadian tersebut merupakan hambatan terhadap lancarnya usaha peluasan dan pembangunan Jawatan PTT.

hj

Salah satu sumber pendapatan Jawatan PTT untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran eksploitasi Perusahaan adalah hasil penjualan benda-benda pos, antara lain berbagai jenis perangko, sampul, warkatpos, kartupos, kupon balasan internasional formulir-formulir dan lain-lain. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, maka diadakan pembaharuan kontrak antara Jawatan PTT dengan N.V Joh.Enschede en Zonen di Haarlem (Negeri Belanda) untuk pencetakan perangko harga Rp1,- ke atas dalam masa 5 tahun mulai tanggal 1 Januari 1950.

Pada permulaan tahun 1950 mulai terdapat perangko: Perangko biasa seri angka (smelt) yang terbit pada tanggal 1-1-1949, Perangko biasa seri Bangunan (dengan gambar rumah dan candi) yang terbit pada tanggal 1-9-1949, Perangko Peringatan UPU seri UPU yang terbit pada tanggal 1-10-1949. Pada awal 1950 sebagian dari sisa persediaan Perangko Seri Angka dan Seri Bangunan dibubuhi cetak tindih “R.I.S” Selama tahun 1950 diterbitkanlah perangko-perangko seperti Perangko RIS yang terbit pada tanggal 17-1-1950, Perangko Peringatan Seri Garuda diterbitkan pada tanggal 17-8-1950 dll.

6. Masa demokrasi terpimpin

Pada tahun 1959-1965 banyak juga perangko yang diterbitkan seperti Perangko Biasa, Perangko Peringatan, Perangko Istimewa dan Perangko Amal. Untuk memperingati Dekrit Presiden Soekarno tanggal 5 Juli 1959 yang menyatakan berlakunya kembali Undang-undang dasar 1945, dikeluarkanlah pada tanggal 17-8-1959 Perangko Peringatan “Berlakunya kembali UUD 1945” perangko tersebut terdiri dari 4 buah dengan harga 20 sen, 50 sen, 75 sen. Sampul Hari Pertama diterbitkan dengan harga Rp7,50,-.

m

Pada tanggal 26-10-1959 diterbitkan Perangko Peringatan seri Konperensi Kolombo ke II, karena terkait diadakannya Konperensi Rencana Kolombo ke II di Yogyakarta. Dalam tahun 1960 dikeluarkan Prangko Peringatan seri “Kongres Pemuda Seluruh Indonesia”, tahun Pengunsi Sedunia, seri Hari Kesehatan Sedunia. “Pembasmian Malaria” dan prangko amal seri “Hari Sosial” dan perangko biasa seri Presiden dan seri Hasil Bumi.

Pada tahun 1962 bertalian dengan Asian games ke IV di Jakarta tanggal 22 Agustus 1962 s.d 6 September 1962 diterbitkan seri Asian Games. Pada tahun 1963 di antaranya diterbitkan seri Bendera Merah Putih, dan pada tahun 1964 diterbitkan seri Presiden, Transport dan Komunikasi. Selama masa Demokrasi Terpimpin ini Jawatan PTT, PN Postel, serta PN Pos dan Giro mempunyai fungsi sosial dalam pengumpulan dana bagi badan-badan sosial memberikan hasil bersih dari harga tambahan perangko-perangko amal kepada badan-badan sosial.

  1. Masa Orde Baru

Perkembangan perangko di masa Orde Baru mulai tangggal 11 maret 1966 s.d akhir tahun 1980, banyak perangko yang telah diterbitkan sebagai contoh mulai dari prangko Pahlawan Revolusi yang terbit pada tahun 1966 s.d perangko Peringatan 10 Tahun Asian Oceanic Postel Training School (AOPTS) yang terbit pada tanggal 10

mnh

Berbagai jenis perangko telah diterbitkan oleh pemerintah Indonesia. Semakin hari kualitasnya semakin baik dari desain maupun bahannya.

Satu-satunya di Asia Tenggara, Pasukan Militer Berkaki Empat dari Indonesia

Dalam satuan pasukan TNI AD, ada yang dinamakan Detasemen Kavaleri. Detasemen ini umumnya identic dengan kendaraan tempur lapis baja seperti tank, panser, dan sebagainya. Namun, Detasemen Kavaleri yang satu ini cukup berbeda. Di wilayah Bandung Barat, terdapat sebuah Detasemen Kavaleri yang dikhususkan untuk pasukan berkuda.

Detasemen Kavaleri Berkuda atau Denkavkud merupakan Satuan Operasional yang ada di bawah Pusat Kesenjataan Kavaleri Kodiklat TNI AD. Pasukan kuda yang jadi satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara ini punya tugas pokok melaksanakan tugas militer dan non militer. Satu penampilan tugas Denkavkud yang pernah kita saksikan adalah pada saat upacara penjemputan Bendera Pusaka saat peringatan HUT 17 Agustus di Istana Negara yang lalu.

Tak hanya itu, terkadang detasemen ini juga dilibatkan dalam ajang kejuaraan olah raga baik nasional maupun internasional seperti PON dan Asian Games. Dari Denkavkud ini telah melahirkan atlit-atlit berkuda berprestasi yang mengharumkan negeri seperti Serka Yudi Irianto yang meraih medali emas pada kejuaraan Show Jumping tahun 1996 di Malaysia dan Kopda Jamhur Hatta yang meraih juara III tim PON XVII 2008 di Kalimantan Timur.

57eb6b52edb3e-detasemen-kavaleri-berkuda-tni-ad-di-bandung-jawa-barat_663_382

Dalam satuan pasukan TNI AD, ada yang dinamakan Detasemen Kavaleri. Detasemen ini umumnya identic dengan kendaraan tempur lapis baja seperti tank, panser, dan sebagainya. Namun, Detasemen Kavaleri yang satu ini cukup berbeda. Di wilayah Bandung Barat, terdapat sebuah Detasemen Kavaleri yang dikhususkan untuk pasukan berkuda.

Detasemen Kavaleri Berkuda atau Denkavkud merupakan Satuan Operasional yang ada di bawah Pusat Kesenjataan Kavaleri Kodiklat TNI AD. Pasukan kuda yang jadi satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara ini punya tugas pokok melaksanakan tugas militer dan non militer. Satu penampilan tugas Denkavkud yang pernah kita saksikan adalah pada saat upacara penjemputan Bendera Pusaka saat peringatan HUT 17 Agustus di Istana Negara yang lalu.

Tak hanya itu, terkadang detasemen ini juga dilibatkan dalam ajang kejuaraan olah raga baik nasional maupun internasional seperti PON dan Asian Games. Dari Denkavkud ini telah melahirkan atlit-atlit berkuda berprestasi yang mengharumkan negeri seperti Serka Yudi Irianto yang meraih medali emas pada kejuaraan Show Jumping tahun 1996 di Malaysia dan Kopda Jamhur Hatta yang meraih juara III tim PON XVII 2008 di Kalimantan Timur.

Selain itu, Detasemen ini juga menyelenggarakan pembinaan dan pendidikan kuda militer dan personil, menyiapan Satuan Kavaleri Berkuda untuk kodam-kodam, menyelenggarakan peternakan kuda serta menyelenggarakan tugas-tugas protokoler dan pengembangan olah raga berkuda nasional.

Menurut sejarahnya, satuan kavaleri berkuda ini terbentuk sejak adanya kuda hasil rampasan selama perang kemerdekaan di akhir Desember 1949 dan awal 1950. Kala itu, ada 20 ekor kuda yang diserahkan oleh bekas pasukan KNIL kepada Satuan Kavaleri Tentara Nasional Indonesia.

Saat ini, Denkavkud memiliki 240 ekor kuda pilihan yang didatangkan langsung dari Eropa dengan diperkuat oleh 335 personil baik dari prajurit TNI maupun pegawai negeri sipil.

“Detasemen kami bergerak dalam tiga hal, pelatihan kuda, peternakan kuda, dan operasi TNI. Dalam peternakan kuda itu dipilih untuk regenerasi untuk alutsista di masa selanjutnya, untuk pelatihannya kita juga menggelar pelatihan untuk militer dan olahraga,” kata Komandan Detasemen Kavaleri Berkuda Mayor Solikhin.

Pasukan ini juga dibelaki dengan rompi anti peluru dan helm, senapan SS1 5.56 milimeter dan pistol P1 pindad. Terkadang, di beberapa kondisi prajurit juga dibekali dengan pedang untuk mengatasi tentara musuh dan melucuti senjata tanpa harus turun dari kuda.

 

Asal-usul Julukan dan Nama Lain Indonesia

Indonesia memiliki banyak nama lain atau julukan sebagai negara besar. Hal ini menjadi wajar ketika Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya akan keanekaragaman hayati dan latar belakang budaya yang kental. Bahkan sebelum nama “Indonesia” tercetus dan dijadikan sebagai nama resmi selama bertahun-tahun, Indonesia memiliki banyak julukan yang memiliki kisah historis tersendiri. Berikut nama-namanya

  1. Indonesia

Awalnya, dasar penamaan Indonesia digunakan untuk penggunaan ilmiah, karena berasal dari perpaduan dari bahasa Latin dan Yunani. Kata Indus mengacu pada pulau-pulau di luar benua India. Sedangkan nesos berarti pulau.

Seorang akademisi pertama yang memperkenalkan nama “Indonesia” di seluruh dunia adalah James Richardson Logan di tahun 1850. Tepatnya di sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang terbit di Singapura. Baru kemudian Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) menjadi sarjana Indonesia pertama yang memperkenalkan nama Indonesia dalam ranah politik.

  1. Zamrud Khatulistiwa(The Emerald of Equator)

Bukan hanya karena terletak di garis khatulistiwa kemudian Indonesia mendapat julukan ini, tapi karena banyaknya gugusan pulau-pulau dan hutan hijau yang subur. Jika dilihat dari angkasa gugusan kepulauan Indonesia nan hijau menyejukan mata seperti batu Zamrud (emerald).

Letaknya yang berada tepat di bawah garis khatulistiwa membuat Indonesia mendapatkan cahaya yang cukup untuk mendukung keanekaragaman hayati. Hingga kemudian, Indonesia dikenal sebagai Zamrud Khatulistiwa.

Hal ini dikemukakan oleh Eduard Douwes Dekker (Multatuli), seorang penulis Belanda abad ke-19, untuk menggambarkan keindahan alam negara dalam salah satu suratnya.

  1. Bumi Pertiwi atauIbu Pertiwi

statue_of_goddess_or_queen_at_monas

Ibu Pertiwi berasal dari bahasa Sansekerta pṛthvi atau juga pṛthivi, yang berarti dewi dalam agama Hindu atau Bumi dalam Bahasa Indonesia. Sebagai pṛthivi mata, Ibu Pertiwi merupakan personifikasi nasional Indonesia sebagai perwujudan tanah air, yang merujuk kepada negara dan tanah di mana orang-orang lahir. Secara harfiah tanah dan air merupakan ekspresi idiomatic untuk mengarah pada rumah atau tempat asal usul.

  1.  Nusantara

552833636ea83420798b456c

Nusantara berasal dari bahasa Jawa Kuno yang diambil dari kisah Sumpah Palapa. Ini berawal saat Patih Gajah Mada dari abad ke-14 Kerajaan Majapahit bersumpah untuk tidak makan palapa (kelapa atau pala) sebelum mempersatukan Nusantara (kepulauan Indonesia) di bawah kekuasaan Majapahit. Sumpah ini bermakna bahwa sang Patih tidak akan bersenang-senang (diibaratkan tidak memakan makanan lezat) sebelum misi untuk memperluas daerah kekuasaan Majapahit terpenuhi.

Kampus Italia Menjadikan Angklung Sebagai Bahan Kuliah

Angklung tidak saja enak didengar sebagai seni hiburan. Alat musik khas Indonesia itu pun menarik dipelajari. Bahkan, para mahasiswa Italia di Ibu Kota Roma terlihat sangat antusias ketika angklung diperkenalkan di ruang perkuliahan mereka. Para mahasiswa itu mengakui, mempelajari seni budaya Indonesia lewat alat musik merupakan medium yang sangat menarik untuk diikuti.

Antusiasme itu tampak pada hari pertama masa perkuliahan semester baru bagi mahasiswa jurusan Musikologi di Universitas La Sapienza, Roma, Senin 3 Oktober 2016. Mengawali kuliah hari itu, Ketua Jurusan Profesor Giovanni Giurati bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Roma mengundang tim Rumah Angklung dari Jakarta untuk menggelar lokakarya sederhana dalam rangka menjelaskan mengenai instrumen angklung kepada mahasiswanya.

Sekitar 40 mahasiswa dan beberapa profesor musik hadir dengan penuh antusias memenuhi ruangan kelas yang dikelilingi dengan rak buku dan referensi musikal ini. “Para mahasiswa mendengarkan dengan seksama dan mencatat baik pesan dari Prof. Giovanni, seorang ahli musikologi tradisional, mengenai angklung yang menjadi elemen penting dalam dialog antar-budaya,” ungkap Charles Ferdinand Hutapea, Konselor Penerangan, Sosial, dan Budaya (Pensosbud) dari KBRI Roma hari ini.

Pada kesempatan itu, Daniele Salvatore, seorang alumni jurusan ini kemudian memaparkan hasil penelitiannya mengenai angklung saat ia mengambil gelar Master di Institut Seni Indonesia (ISI) di Yogyakarta. Kepada para mahasiswa dari universitas dengan jumlah mahasiswa terbesar di Eropa dan juga salah satu yang tertua (didirikan tahun 1303) itu, Danielle menjelaskan mengenai sejarah, karakteristik dan kekhasan alat musik tradisional dari Jawa Barat ini.

Tim Rumah Angklung kemudian memandu para mahasiswa untuk belajar bermain angklung dalam sesi angklung interaktif. Putri, sang instruktur, mengajarkan mulai dari cara membunyikan, kemudian memainkan nada do, re, mi hingga para mahasiswa ini berhasil memainkan lagu Italia “O Sole Mio” dan “We Are the World”.

Putri juga menjelaskan bahwa instrumen angklung memiliki filosofi sebagai simbol kerja sama dan harmoni yang semuanya berasal dari alam.

Sekalipun angklung merupakan instrumen tradisional, para pemuda yang kreatif dari Rumah Angklung juga menggunakan bantuan sequencer dan music programming untuk memperkaya warna dalam tampilan mereka.

“Mulanya para mahasiswa masih belum terbiasa memainkan instrumen ini. Namun kemudian, ‘Bellisimo!’ ucap para mahasiswa dan para profesor musik ini sambil bertepuk tangan setelah mereka berhasil memainkan lagu secara bersama-sama,” kata Charles.

Dia pun menjelaskan kepada para mahasiswa La Sapienza bahwa grup Rumah Angklung (Casa d’Angklung) adalah komunitas para pemuda pecinta angklung di Jakarta. Kekuatan dari berkembangnya berbagai komunitas ini pula yang kemudian membuat angklung berhasil dicatatkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia pada tahun 2010.

Partisipasi Rumah Angklung Indonesia adalah hasil kerja sama KBRI Roma dan Direktorat Jenderal Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, serta bagian dari Pekan Budaya Indonesia di Italia (Settimane della Cultura Indonesiana in Italia). Program ini dikelola secara terpadu oleh KBRI Roma bekerja sama dengan berbagai pihak dan dilaksanakan di sejumlah kota di Italia.

Kini, angklung tak hanya menjadi instrumen untuk menghibur hati dan rasa semata, tapi juga menjadi salah satu elemen penting dalam diplomasi budaya Indonesia, yang mengedepankan pesan perdamaian, kerja sama dan harmoni.

 

Leon Krishnayana: CEO Asal Indonesia Yang Sukses di California

BERPUSAT di San Jose, California, iSpionage yang didirikan oleh diaspora Indonesia ini, juga memiliki tim yang kini beroperasi di San Diego, Texas dan tim pengembang di Rumania.

Seorang diaspora Indonesia di San Jose, negara bagian California bernama Leon Krisnayana adalah founder dari aplikasi software bernama iSpionage.com. Aplikasi ini bergerak di bidang software service yang menyediakan data untuk pebisnis online terkait data competitive intelligence, atau perkembangan dari kompetitor atas jenis usaha yang serupa di platform online.


akji


“Spesifiknya, kita bergerak di bidang search engine marketing. Jadi bisnis yang kita jalani adalah untuk ngasih tau orang kalau kompetitor mereka ngapain saja, keywordnya yang dipakai apa saja dan copy-nya apa saja, positioningnya itu gimana,” jelasnya kepada VOA Indonesia.

Pelanggan aplikasi software-nya ini, jelas Leon, kebanyakan berasal dari kalangan agensi bisnis yang memang memerlukan akses data untuk mengetahui peta persaingan di dunia online.

“Kita mulai tahun 2007, terus tahun 2008 kebetulan ada teman yang ngenalin saya ke investor padahal waktu itu saya lagi gak nyari investor, terus dia interested, kasih seed funding, terus kita mulai bener-bener ngejual produk ini, kita develop dari tahun 2007 sampai kira-kira satu tahun development, terus tahun 2008 kita mulai open to public,” jelasnya.


saf


Berpusat di San Jose, California, iSpionage juga memiliki tim yang kini beroperasi di San Diego, Texas dan tim pengembang di Rumania.

“Waktu itu kita pernah mikir bikin kantor di Indonesia ya lagi cari-cari resourcenya, cuman belum nemu orangnya yang bener aja gitu. Jadi di Indonesia culture creativity-nya kayak masih OK, OK boss gitu, itu yang jadi agak halangan buat kita,” sambung Leon.

Leon mengatakan, inovasi penting dilakukan bagi mereka yang memiliki bisnis di bidang informasi teknologi, sehingga produk yang dihasilkan selalu menjadi yang terdepan.

“Kita pikir gimana caranya bisa differentiate ourselves with them, kita sekarang mau benar-benar fokus ke yang kita punyastrength, kita mau fokus ke dalam digital marketing di search engine marketing,” tambahnya.

Leon juga mengaku ia tidak takut dengan perkembangan kompetitor yang memiliki jenis bisnis serupa.

“Kalau kompetitor mau meng-copy, itu memang selalu terjadi, di bisnis apa saja. Jadi kita harus terus berinovasi agar satu, dua langkah di depan,” tandasnya.

 

sumber : www.voaindonesia.com

Inilah Pendiri Surat Kabar Pertama Milik Pribumi Indonesia

Pada masa kolonial, tidak semua pribumi Indonesia dapat mengakses informasi mengenai kondisi bangsanya. Selain karena masih banyak yang belum mengenal baca tulis, surat kabar pada jaman kolonial tentunya menggunakan bahasa Belanda. Sehingga hanya pribumi yang berpendidikan serta menguasai bahasa asing yang dapat mengeakses berita. Hal itu sangat bertolak belakang dengan situasi sekarang yang sangat mudah dalam mengakses informasi dalam bentuk digital.

Namun seiring berjalannya waktu, muncul tokoh pribumi yang mampu mendirikan surat kabar pertama yang menggunakan bahasa melayu. Dia tak lain adalah Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo.  Beliau lahir pada tahun 1880 di Blora, Jawa Tengah. Lahir dan hidup di kalangan priyanyi tidak membuatnya buta atas penindasan kolonial terhadap warga pribumi Indonesia.


safgdrh


Akhirnya pada tahun 1907, RM.Tirto Adhi Soerjo mendirikan surat kabar bernama Medan Prijaji . Medan Prijaji menjadi jurnalisme advokasi pertama milik pribumi yang berisi kasus perampasan tanah yang dilakukan oleh kononial maupun ketidakadilan lain terhadap pribumi Indonesia. Bahkan untuk membantu memperjuangkan keadilan dalam bidang advokasi, perusahaan Medan Prijaji menyewa seorang ahli hukum untuk membantu menyelesaikan kasus yang menjerat kaum pribumi saat itu.

Untuk mengembangkan kemampuan literasi bangsanya, Tirto menggunakan seluruh pekerja mulai dari pengasuh, percetakan, penerbitan dan wartawannya adalah pribumi Indonesia asli. Bahkan Medan Prijaji menjadi koran pertama yang dikelola pribumi dengan uang dan perusahaan sendiri. Selama 5 tahun berdirinya Medan Prijaji, surat kabar tersebut berisi advokasi publik dari kesewenang-wenangan kekuasaan maupun kemauan untuk membangun perusahaan pers yang mandiri dan otonom.


gdtgrsf


Berbeda dengan surat kabar sekarang yang memiliki ukuran yang sangat lebar, Medan Prijaji seperti buku yang hanya berukuran 12,5×19,5 cm yang terbit mingguan setiap hari Jumat. Surat kabar ini memiliki beberapa rubrik tetap seperti mutasi pegawai, salinan lembaran negara dan pasal-pasal hukum, cerita bersambung, iklan, dan surat-surat.

Karena surat kabar berjalan secara mandiri dalam hal pendanaan, maka untuk bisa berlangganan, pelanggan harus membayar uang muka terlebih dulu selama satu kuartal, setengah atau satu tahun. Uang muka tersebut tidak jauh beda dengan saham jika dalam proses niaga saat ini.

Koran Medan Prijaji menjadi koran pertama yang menampung suara pribumi dan menjadi kritik pedas bagi pemerintah kolonial. Selain itu surat kabar ini juga menjadi tujuan pengaduan akhir kasus pribumi yang diperlakukan tidak adil oleh kekuasaan.


htergwf


Nomor terakhir terbit 3 Januari 1912 tahun VI. Pada 23 Agustus 1912 Medan Prijaji pun ditutup. Tirto Adhi dituduh menipu sejumlah orang yang berhimpun diVereeniging van Ambtenaren bij het Binnenlandsch Bestuur (Perhimpunan Amtenar Pangreh Praja).

Sebagai pendiri surat kabar dalam bidang jurnalisme advokasi, Tirto adalah orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum. Dia juga berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu.

Akhirnya Tirto ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera (Provinsi Maluku Utara). Penangkapan itu merupakan dalih dari Jaksa Agung Hindia Belanda, A Browner yang menuduh Tirto bersalah telah menulis penghinaan kepada Bupati Rembang. Setelah selesai dari masa pembuangannya, Tirto kembali ke Batavia dan meninggal dunia pada 17 Agustus 1918.

Kisah perjuangan dan kehidupan RM.Tirto Adhi Soerjo  diangkat oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Buru dan Sang Pemula. Bahkan salah satu karya Pramoedya yakni Tetralogi Buru yang menceritakan kisah hidup Tirto dalam sosok Minke mengantarkan Pramoedya Ananta Toer sebagai calon penerima Nobel Sastra satu-satunya dari Indonesia.

 

sumber : www.goodnewsfromindonesia.org