Malahayati, Laksamana laut wanita pertama di dunia
MALAHAYATI adalah wanita pertama di dunia yang menjadi seorang laksamana. Ia lahir dari keluarga bangsawan pada masa kejayaan Aceh tepatnya pada akhir abad ke-XV. Namun dalam catatan sejarah belum ditemukan secara pasti yang menyebutkan kapan tahun kelahiran dan tahun kematiannya?, diperkirakan masa hidupnya sekitar akhir abad XV dan awal abad XVI. Perjuangan Laksamana Keumalahayati dimulai dari sebuah perang di perairan Selat Malaka, yaitu antara armada pasukan Portugis dengan Kesultanan Aceh Darussalam yang dipimpin oleh Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Mukammil dan dibantu oleh dua orang laksamana. Pertempuran sengit terjadi di Teluk Haru, ribuan prajurit tewas dan dua laksamana gugur dalam pertempuran itu namun perang berakhir dengan kemenangan oleh armada Aceh. Dua Laksamana yang gugur tersebut adalah salah suami Laksamana Keumalahayati.
Setelah suaminya meninggal dunia dalam peperangan, ia berjanji akan menuntut balas dan bertekad meneruskan perjuangan suaminya meski sendirian. Untuk memenuhi tujuannya Laksamana Keumalahayati meminta kepada Sultan al-Mukammil membentuk armada Aceh yang semua prajuritnya dari kaum wanita janda karena suami mereka gugur dalam Perang Teluk Haru. Permintaan Keumalahayati akhirnya dikabulkan.
Makam Laksamana Malahayati berlokasi di Kabupaten Aceh Besar, Kecamatan Masjid Raya Desa Lamreh. Diperkirakan kurang lebih 35 Km dari Ibukota Provinsi Nanggrou Aceh Darussalam atau pusat Kota Banda Aceh. Makam laksamana Malahayati terletak di puncak bukit kecil sebelah Utara desa Lamreh, untuk mencapai ke kompleks makam tersebut melewati lorong jalan desa sekitar 300 meter, kemudian menaiki 74 anak tangga mulai dari bawah sampai ke atas.
Pada keliling areal makam bagian timur, barat, utara dan selatan bebatasan dengan perladangan atau kebun penduduk. Areal makam dibatasi dengan pagar tembok sampai ke pintu masuk yang berada di bagian timur. Luas Komplek Makam 18 x 12 meter Di dalam kompleks Makam tersebut terdapat tiga makam yang lainnya berada dalam satu jirat atau Batu Nisan dan dinaungi oleh satu cungkup Jirat berbentuk persegipanjang terbuat dari semen yang dilapisi dengan keramik putih. Yang berukuran 30 cm tinggi jirat tersebut dari permukaan tanah sekitarnya
Sejarah Malahayati
Laksamana Malahayati adalah keturunan dari Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya bernama Laksamana Mhamad Said Syah, Putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah kesultanan Aceh Darussalamsekitar tahun 1530-1539 M. Sultan Salahuhuddin Syah adalah Putra dari Sultan Ibrahim Ali Mugayatsyah yang memerintah tahun 1513-1530 M juga yang mendirikan Kesultanan Aceh Darussalam. Dari Silsilah tersebut dapat dikatakan bahwa Laksamana Malahayati adalah keturunan keluarga keraton.Dari silsilah tersebut, dapat dikatakan bahwa Laksamana Keumalahayati adalah keturunan darah biru atau keluarga bangsawan keraton. Ayah dan kakeknya laksamana angkatan laut. Jiwa dan semangat yang dimiliki ayah dan kakeknya ikut turun terhadap kepribadiannya. Walaupun ia seorang wanita ingin menjadi seorang pelaut yang gagah berani seperti ayahanda dan kakeknya.Pada saat ia remaja Laksanmana Malahayati Ketika menginjak usia remaja, Laksamana Keumadiberi kebebasan untuk memilih pendidkan ang di inginkannya.
Masa itu Kesultanan Aceh Darussalam Memiliki Akademi angkatan bersenjata bernama Mahad Baitul Makdis, yang erdiri dari dua angkatan yaitu Angkatan Laut dan Darat. Pendidkan agama belajar di menasah dan rangkang atau dayah, Kemudian mendaftarkan diri dalam penerimaan Taruna di Akademi Militer Mahad Baitul Makdis. ia diterima dan menempuh pendidkan dengan sangat baik, bahkan ia berprestasi dengan hasil yang sangat memuaskan. Sebagai siswa yang berprestasi, Laksamana Keumalahayati berhak memiliki jurusan yang diinginkannya. Ia bahkan mendapat prstarasi emilih jurusan Angkatan Laut. Ketika menempuh pendidikan di akademi ini ia pernah berkenalan dengan seorang calon perwira laut yang lebih senior (data tentang namanya belum diketahui). Perkenalan tersebut berlanjut hingga benih-benih kasih sayang terbangun di antara mereka. Mereka berdua akhirnya bersepakat untuk saling memadu kasih dan menyatukan diri ke dalam cinta. Setelah tamat dari Akademi Militer Mahad Baitul Makdis, keduanya melangsungkan pernikahan.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!